Surat beasiswa Harvard dan Stanford palsu yang dibuat remaja Korea untuk mengesankan orangtuanya. (Foto: Yonhap)
SEOUL – Seorang remaja Korea menerima beasiswa bernilai ratusan ribu dolar di dua universitas terkemuka di Amerika Serikat (AS), Harvard dan Stanford. Dia juga dihubungi oleh pencipta laman media sosial Facebook yang menyarankannya untuk memilih Harvard sebagai tujuannya.
Kedua Universitas terkemuka itu begitu menginginkannya sampai-sampai mereka membuat sebuah program khusus di luar protokol bagi dirinya sehingga dia dapat menjadi siswa kedua sekolah itu selama dua tahun di masing-masing universitas. Hanya saja, semua yang disebutkan di atas hanyalah kebohongan.
Siswi senior di Sekolah Menengah Atas Thomas Jefferson di Alexandria Virginia, AS, itu terlibat dalam kebohongan berskala internasional dengan menuliskan hal-hal di atas untuk mengesankan orangtuanya. Dia mengaku telah sering berbohong mengenai nilai-nilai akademisnya untuk alasan serupa.
Direktur Komunikasi Harvard, Anna Cowenhoven menolak klaim yang disebarkan oleh remaja putri itu. Anna juga menuliskan sepucuk surel kepada surat kabar Korea Selatan Yonhap yang menyatakan bahwa surat penerimaan dari Harvard yang ditunjukkan oleh sang remaja adalah palsu.
“Meskipun ada laporan dari media belakangan ini, tidak ada program seperti itu, yang mengizinkan seorang siswa selama dua tahun menuntut ilmu di Harvard dan dua tahun di Stanford,” tulis Anna, sebagaimana dilansir Independent, Rabu (24/6/2015).
Kedua orangtua sang gadis yang semula mempercayai kabar yang dikirim oleh putri mereka, akhirnya menyadari bahwa semua itu hanyalah sebuah kebohongan. Mereka melayangkan permintaan maaf dan menjernihkan permasalahan melalui surat yang juga dikirimkan ke Yonhap.
“Saya sangat menyesal karena telah menyebabkan masalah dengan sebuah kebohongan. Saya menyesal karena saya gagal untuk mengawasi betapa menyakitkan dan sulitnya situasi yang dialami anak saya, bahkan memperparah penderitaannya,” lanjut surat itu lagi. Sang ayah juga berjanji akan menangani masalah putrinya dan berusaha untuk menyembuhkan dan merawatnya dengan baik.
Identitas remaja berusia 17 tahun itu tidak disebutkan karena dianggap masih termasuk kelompok usia di bawah umur, selain itu dia juga dianggap tidak melakukan tindak kejahatan. Kedua universitas terkait menolak memberikan komentar mengenai diterima atau tidaknya remaja itu.
[OKEZONE.COM]